Harus Baca! Aku Menolakmu Dengan Logika, Tapi Hatiku Menjawab Dengan Rindu
Judul: Aku Menolakmu dengan Logika, Tapi Hatiku Menjawab dengan Rindu
Kabut menggantung pekat di Lembah Seribu Tangisan, menyelimuti Puncak Qingyun dengan misteri yang menyesakkan. Lima belas tahun berlalu sejak Lin Yue menghilang, dinyatakan tewas dalam pemberontakan berdarah. Kini, ia kembali. Bukan sebagai pahlawan yang dirindukan, melainkan bayangan masa lalu yang membangkitkan trauma.
Dia berdiri di ujung lorong istana yang sunyi, jubah hitamnya menyatu dengan kegelapan. Hanya cahaya rembulan yang menyelinap dari celah atap, menerangi wajahnya yang pucat, penuh bekas luka. Di hadapannya, berdiri Kaisar Xuan, pria yang dulu adalah sahabatnya, kini terpisah oleh tahta dan darah.
"Lin Yue," bisik Kaisar Xuan, suaranya serak. "Kau…kau benar-benar hidup?"
Lin Yue tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya. "Hidup? Pertanyaan yang menarik, Yang Mulia. Aku lebih memilih kata 'bangkit'."
"Bangkit untuk apa? Balas dendam?"
"Balas dendam terlalu sederhana. Aku kembali untuk kebenaran." Lin Yue melangkah maju, setiap langkahnya bergema di lorong sunyi. "Kebenaran tentang malam itu. Kebenaran yang kau sembunyikan di balik tahta."
"Aku tidak menyembunyikan apa pun!" Kaisar Xuan mengepalkan tangannya. "Kau sendiri yang memberontak! Kau sendiri yang menghancurkan persahabatan kita!"
"Persahabatan?" Lin Yue mencibir. "Persahabatan macam apa yang membiarkan sahabatnya dikorbankan demi ambisi?"
Dialog mereka bagaikan pedang yang saling beradu, lembut namun mematikan. Setiap kata adalah racun, setiap kalimat adalah luka. Lin Yue menceritakan versinya; pengkhianatan, fitnah, dan malam kelabu ketika ia dikhianati oleh orang-orang terdekatnya. Kaisar Xuan membantah, bersikeras bahwa ia tidak punya pilihan, bahwa negara lebih penting dari segalanya.
"Kau mencintainya, bukan?" tanya Lin Yue, matanya menusuk. "Permaisuri Mei. Kau mengira aku akan merebutnya. Kau takut padaku."
Kaisar Xuan terdiam. Kabut di luar semakin tebal, menutupi seluruh istana dalam kerudung rahasia.
"Aku memang mencintainya," jawab Kaisar Xuan akhirnya. "Tapi itu bukan alasan… aku melakukannya untuk negara!"
Lin Yue tertawa, tawa tanpa kehangatan, tawa yang membuat bulu kuduk Kaisar Xuan meremang. "Negara? Kau pikir aku percaya omong kosong itu? Sejak awal, akulah yang mengendalikan segalanya. Pemberontakan, kematianku…semuanya adalah bagian dari rencanaku."
Kaisar Xuan terhuyung mundur, wajahnya pucat pasi. "Rencana? Rencana apa?"
Lin Yue mendekat, membisikkan kalimat terakhir di telinga Kaisar Xuan, kalimat yang menghilangkan segala keraguan, kalimat yang menunjukkan bahwa selama ini, ia bukanlah korban, melainkan dalang di balik semua kekacauan:
"Negara ini akan menjadi kuburanmu."
You Might Also Like: Cau Truc Va Cach Dung Tu Convert Trong