Dracin Populer: Air Mata Yang Menyambut Balas Dendam
Kaisar Langit seolah meneteskan air mata peraknya malam itu. Di balik tabir kabut tipis yang menyelimuti Lembah Seribu Bunga, seorang gadis bernama Lian Hua terbangun. Tubuhnya menggigil, bukan karena dinginnya malam, melainkan oleh ingatan samar yang menyakitkan. Potongan-potongan mimpi tentang istana megah, pedang berlumur darah, dan tatapan KEJAM seorang pria bernama Kaisar Xuan terlintas bagai kilat.
Lian Hua, yang berarti Bunga Teratai, hanyalah seorang anak petani. Ia hidup sederhana, menanam padi dan merawat ibunya yang sakit-sakitan. Namun, mimpi-mimpi aneh itu semakin sering datang, membawa serta rasa sakit yang begitu nyata hingga ia yakin, ia pernah menjadi orang lain. Ia PERNAH hidup di dunia yang jauh lebih tinggi dan lebih berbahaya.
Suatu hari, seorang tetua desa yang bijaksana melihat kesedihan di mata Lian Hua. "Nak," katanya, "beberapa jiwa memang ditakdirkan untuk membawa beban masa lalu. Ingatan itu adalah peta, petunjuk jalan. Tapi ingat, balas dendam hanya akan melahirkan kebencian yang lebih besar."
Lian Hua tidak mengerti. Ia hanya merasa terkhianati, walau ia tak tahu oleh siapa dan mengapa. Ia mulai mencari tahu tentang Kaisar Xuan. Buku-buku kuno di perpustakaan desa menjadi sahabatnya. Ia menemukan lukisan-lukisan kuno yang menggambarkan sang kaisar, sosok yang sama persis dengan yang hadir dalam mimpinya. Lalu, ia menemukan sebuah catatan tersembunyi: Kaisar Xuan, yang sangat berkuasa, mati karena PEMBERONTAKAN yang dipimpin oleh selirnya sendiri, Mei Lan.
Mimpi-mimpi Lian Hua semakin jelas. Ia bukan hanya saksi, ia adalah Mei Lan. Ia adalah selir yang dikhianati, dicintai dan kemudian dihancurkan oleh Kaisar Xuan. Ia dituduh berkhianat dan dieksekusi mati, padahal ia hanya berusaha melindungi rakyat dari kekejaman sang kaisar.
Kini, ingatan itu UTUH. Kemarahan membara dalam hatinya. Tapi ia ingat pesan tetua desa. Balas dendam tidak harus dengan darah. Ia memiliki kekuatan lain: Pengetahuan dan kebijaksanaan yang ia peroleh dari kehidupannya sebelumnya.
Lian Hua, dengan nama barunya, Shen Li, menolak tawaran untuk memasuki istana sebagai pelayan. Ia memilih menjadi penasihat bagi Pangeran Muda, putra Kaisar saat ini. Ia membimbingnya dengan bijak, mengajarkannya tentang keadilan dan belas kasihan. Ia memastikan sang Pangeran tumbuh menjadi pemimpin yang adil dan dicintai rakyatnya, KEBALIKAN dari Kaisar Xuan.
Akhirnya, tiba saatnya. Kaisar yang kejam digulingkan, bukan dengan pedang, melainkan dengan kekuatan cinta dan keadilan. Pangeran Muda, dengan bimbingan Shen Li, memimpin era baru yang gemilang.
Lian Hua, yang kini dikenal sebagai Permaisuri Shen Li, memandang ke langit malam. Air mata mengalir di pipinya, bukan air mata kesedihan, melainkan air mata KELEGAAN dan pembebasan.
"Mungkin, setelah ribuan tahun, jiwa kita akan bertemu lagi, Xuan…"
You Might Also Like: Master S Cut Out Stock Images Pictures