Drama Abiss! Pelukan Yang Menyisakan Aroma Dendam
Embun pagi merayap lembut di kelopak mawar merah, sama lembutnya dengan tatapan Yu Jing pada Lin Wei, suaminya. Namun, di balik tatapan itu, tersembunyi jurang tak terperi. Kebohongan adalah fondasi rumah tangga mereka, batu bata yang disusun rapi menutupi kebenaran yang busuk.
Yu Jing, bagai rembulan yang memantulkan cahaya mentari, hidup dalam dunia ilusi yang dibangun Lin Wei. Ia percaya pada setiap kata manis, setiap janji setia, tanpa menyadari bahwa ia hanyalah boneka dalam drama yang dimainkan dengan apik. Sementara itu, Lin Wei, dengan senyum menawannya, menyimpan rahasia gelap: kematian orang tua Yu Jing bukan kecelakaan, melainkan rencana matang yang ia susun demi keuntungan pribadi.
"Wei, lihatlah mawar ini. Indah, bukan?" Yu Jing berujar, jarinya menyentuh kelopak lembut.
Lin Wei tersenyum, meraih tangan Yu Jing dan mengecupnya. "Tidak seindah dirimu, Jing'er. Kamu adalah mawar terindah di taman hatiku." Kata-kata itu, bagai madu yang mengandung racun, membuat Yu Jing merasa aman, padahal bahaya mengintai di setiap sudut.
Namun, kebenaran, seperti benih yang ditanam di tanah, selalu berusaha untuk tumbuh. Perlahan, Yu Jing mulai menemukan kejanggalan. Bisikan-bisikan samar dari orang-orang masa lalu, potongan-potongan memori yang hilang, semuanya mengarah pada satu nama: Lin Wei.
Dendam mulai bersemi di hatinya, seiring dengan terungkapnya kebenaran. Setiap malam, air mata Yu Jing menjadi saksi bisu pertarungan antara cinta dan kebencian. Ia mempelajari setiap gerak-gerik Lin Wei, merencanakan pembalasan yang akan menghancurkan pria itu dari dalam.
Konflik memuncak saat Yu Jing menemukan surat wasiat yang membuktikan keterlibatan Lin Wei dalam kematian orang tuanya. Dunia Yu Jing runtuh. Semua cinta, semua kebahagiaan, hanyalah kepalsuan belaka!
Dengan senyum dingin yang membekukan darah, Yu Jing menghadapi Lin Wei. "Wei, tahukah kamu arti mawar merah yang kita tanam setiap tahun? Mawar itu adalah simbol cinta... dan darah."
Lin Wei terkejut, matanya memancarkan ketakutan. "Jing'er, apa yang kamu bicarakan?"
Yu Jing mengeluarkan surat wasiat itu. "Aku tahu semuanya, Wei. Aku tahu siapa kamu sebenarnya."
Malam itu, Yu Jing memberikan Lin Wei pelukan terhangat yang pernah ada. Pelukan yang lama, yang menyimpan aroma racun mematikan. Racun yang sama yang telah merenggut nyawa orang tuanya.
Lin Wei jatuh ke lantai, matanya memohon ampun. Yu Jing hanya tersenyum, senyum yang tidak akan pernah bisa dilupakan, senyum yang menyimpan perpisahan abadi.
"Selamat tinggal, Wei. Semoga kamu menemukan kedamaian di alam sana. Kedamaian yang tidak pernah aku rasakan."
Yu Jing meninggalkan rumah itu, meninggalkan aroma mawar dan dendam yang menyelimuti segalanya. Balas dendamnya telah terlaksana, tenang namun menghancurkan.
Apakah Yu Jing menemukan kebahagiaan setelah pembalasan dendamnya?
You Might Also Like: 0895403292432 Skincare Halal Dan Aman